ISLAM & ADAT JAWA

ISLAM & ADAT JAWA

Sejauh manakah adat jawa yg diperbolehkan dan di larang syariat?? Masalah yg harus disikapi dengan cara bijaksana supaya Islam g d cap sebagai agama yg mematikan tradisi.

Pada dasarnya, orang mengamalkan ajaran agama ada 3 hal:
1) Teologi atau tauhid yg mengatur keimanan.
2) Syari'at yg mengatur tntnang benar dan tidak, sah atau tidak, halal atau haram, dengan tanpa melihat pantas atau tidak dilakukan. Contoh, jika ada orang kaya setelah mengeluarkan harta yg wajib seperti zakat, maka tidaklah berkewajiban shadaqoh tatawu' (sunah). Seperti memberi santunan orang miskin, anak yatim, yg tidak mencapai derajat darurat. Seorang suami tidak wajib mengobatkan istrinya ketika sakit.
3) Adalah akhlak, yakni setelah mempertimbangkan dengan ukuran syari'at, tidak melanggar, msh mempertimbangkan lagi tentang kelayakan. Seperti setelah shalat tidak wiridan atau tidak berdo'a, hal ini d anggap tidak pantas walau tidak melanhar, termasuk mengikuti budaya dan tradisi yg tidak melanggar syara'.
Baginda Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat Nabi ditanya tentang pengertian yg trdapat pada hadits Nabi yg artinya: Takutlah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan susullah perbuatan yg jelek dengan perbuatan yg baik, maka akan menghapusnya. Dan berahlaklah terhadap manusia dengan ahlak yg baik.
beliau menjawab: Berakhlak yg baik terhadap manusia adalah adaptasi dengan budaya dan tradisi dimana kita berdomisili selama tidak bertentangan dengan syara'.

Kesimpulanya, tradisi jawa yg boleh dilestarikan adalah tradisi2 yg tidak bertentangan dengan syara'. Sebagaimana Rasulullah telah menjaga tradisi Arab yg tidak melanggar syariat. Pernah suatu ketika Rasul duduk bersama Abu Bakar, tiba2 datanglah seorang tamu, kemudian oleh Rasulullah diperintahkan duduk bersama dengan beliau. Akan tetapi tamu itu menolak. Karena menurut budaya Arab tidaklah d anggap sopan atau layak, seorang yg rendah duduk berdampinggan dengan orang yg mulia. Sehingga menjadi kaidah: Mura'atul adab muqaddamun alatho'ah, menjaga budaya dan tradisi yg tidak bertentangan dengan syari'at lebih diprioritaskan daripada taat yg tidak wajib. Rasulullah d utus Allah untuk menyempurnakan akhlak (budaya). Sebagaimana dlm hadits: Innama bu'itstu li'utammima makarimil akhlaq, yg berarti, sbelum adanya utusan sudah ada budaya. Sedangkan Rasul hanya menyempurnan budaya yg kurang pas. Sebagaimana budaya Arab setiap tahun, mereka berkumpul ditanah Mina dengan tujuan berlomba2 atas unggulnya nasab. Setelah Islam datang, budaya tersebut tidak dirubah, hanya caranya yg diganti dengan berkumpul dan berlomba dzikir kepada Allah. Hal ini kemudian menjadi sebab diturunkanya ayat: Fa'idza qodloitum manasikakum fadzkurulloha kadzikrillahi aba'akum au asyadda dzikro. Syaikh Hasan aL-Bashri berkomentar bahwa orang arab pada waktu itu ketika berbicara atau bercerita selalu berkata Wa'abika, demi bapakmu, orang Arab selalu mengucapkan kalimat tadi sehingga kemudian Allah menurunkan Ayat tersebut di atas.

Kesimpulanya budaya dan tradisi yg di abadikan adalah:
1) Budaya yg tidak bertentangan dengan syari'at.
2) Budaya yg dianggap baik orang2 Islam sebagaimana hadits:
Wama ro'ahulmuslimuna minna fahua indallohi hasanun, sesuatu yg dilihat orang muslim dariku, maka hal tsbt bagus menurut Allah.

Info yg bagus bos

jadi hukum adat harus bersandi hukum agama.
Tdk mengurangi dan tdk melebihkan apa yg telah di syariatkan oleh Islam.