nice info gan? :lol!:tapi kejadian seperti ini baru pertama ditemukan diindonesia,
akuu tambahin dikit tentang artikel ini :
kejadian ini bermula dari perkataan ayah septi, dia berkata seprti ini ketika ibu septi sedang mengandung septi"Kamu minta buah terus, kayak mengandung bayi monyet saja". Itu kalimat yang dilontarkan ayah Septi, Yusni Abdul (35) saat Fatma mengandung putri keduanya itu.
Kalimat yang diibaratkan sebagai kutukan oleh ayah Septi yang kesal karena istrinya selalu mengidamkan buah-buahan itu, kemudian diyakini sebagai penyebab anaknya terlahir dengan wajah layaknya seekor kera.
"Mungkin ucapan itu didengar Tuhan dan akhirnya menjadikannya kenyataan sebagai cobaan bagi saya dan suami," ujar Fatma dengan nada sendu, mengenang rasa pedih saat hamil.
Tiga tahun sejak Septi dilahirkan, Fatma terpaksa membesarkan ketiga anaknya setelah ditinggal cerai suaminya yang malu karena memiliki anak dengan fisik yang berbeda dengan anak normal lainnya.
Meski hanya sebagai pembantu rumah tangga, Fatma membesarkan Septi dengan penuh kasih sayang, tanpa membedakannya dari kedua saudaranya.
Rasa pedih kian menusuk kalbu Fatma, ketika melihat putrinya sejak usia empat tahun kadang-kadang berjalan merangkak dan tampak lincah seperti kera.
"Saya sering memarahinya kalau berjalan merangkak. Takutnya akan jadi kebiasaan dan orang-orang akan yakin dia memang hampir seperti monyet," ujar Fatma.
Alhasil, usaha Fatma untuk menghilangkan kebiasaan anaknya itupun berhasil. Septi kini nyaris tak pernah lagi berjalan merangkak, sehingga tak ada lagi perilakunya yang dianggap aneh.
Meski memiliki seorang anak yang abnormal dan hidup sebagai orang tua tunggal, namun tak pernah terpikirkan di benakknya untuk membunuh atau membuang putrinya itu, seperti yang marak dilakukan oleh orang tua putus asa belakangan ini.
"Memang berat menjalani semuanya, namun saya yakin Septi hadir dalam kehidupan saya untuk melihat sebesar apa sabar dan kasih sayang terhadapnya," kata Fatma.
"Untuk sementara ini, Depkes akan meneliti dulu apakah kelainan ini disebabkan faktor genetik atau bukan," kata Kepala Pusat Pemeliharaan Kesehatan Depkes RI, Cholik Masulili.
Penelitian ini bisa jadi akan menjadi temuan baru dalam ilmu sains, mengingat kasus seperti yang dialami Septi merupakan yang pertama di Indonesia.
Tawaran dari Depkes ini pun diterima dengan senang hati oleh Septi dan keluarganya.
Ibunya memang tak berharap wajah Septi bisa seperti anak normal lainnya, namun ia punya harapan besar bahwa putri kecilnya itu punya masa depan yang lebih cerah setelah ditangani sejumlah dokter ahli dan penelitian nanti.
"Kalau wajah diubah itu rasanya tak mungkin lagi, yang penting rambut di badannya bisa hilang itu sudah lebih dari cukup," harap Fatma.
Sementara bagi sang anak, rencana untuk ke Jakarta itu sudah sangat dinanti, dengan harapan saat balik nanti ia punya segudang cerita buat teman sepermainannya di desa.
Setidaknya, kata Septi, ia bisa mewujudkan impiannya untuk jalan-jalan ke Jakarta dan naik pesawat.
Lebih dari itu, hanya satu yang paling diinginkan Septi, "Jangan panggil saya monyet!" katanya. (*)
COPYRIGHT
![:copyright: ©️](https://cdn.jsdelivr.net/emojione/assets/png/00a9.png?v=2.2.7)
2009 ANTARA