Satu tempat favorit yang selalu dikunjungi jemaah haji asal Indonesia adalah Jabal (Gunung) Magnet. Popularitas Jabal Magnet di kalangan jemaah kita, membuat kawasan hijau sekitar 30 kilometer dari kota Madinah itu dipenuhi jemaah asal Indonesia setiap musim haji. Itulah yang mendorong saya untuk mencapainya. Asal tahu saja, adalah jemaah Indonesia pula yang memberi nama tempat itu sebagai Jabal Magnet. Warga setempat menyebutnya Mantheqa Baidha, yang berarti perkampungan putih.
Tidak semua jabal (gunung batu) di Arab Saudi diberi nama. Hanya tempat-tempat bersejarah saja yang diberi nama. Misalnya, Jabal Uhud, Jabal Nur, dan Jabal Tsur. Tempat-tempat itulah yang termasuk dalam kalender ziarah jemaah haji Indonesia. Namun, bagi sebagian jemaah, Jabal Magnet tak kalah penting untuk dikunjungi sebagai upaya menyaksikan bukti kebesaran Allah.
Sesuai dengan penamaannya, di tempat itu terjadi fenomena alam yang jarang ditemui di tempat lain. Yakni, terjadinya anomali magnetik dan kacaunya pengaruh gravitasi. Ini dibuktikan dari kendaraan yang saya tumpangi saat berkunjung ke sana awal Januari lalu.
Sesaat setelah melewati kawasan bendungan air, tiba-tiba laju bus menjadi berat. Mustofa, sopir yang membawa saya, berkali-kali menurunkan perseneling. Mobil yang tadinya melaju kencang sampai kecepatan 120 kilometer per jam itu, menjadi tersendat dengan kecepatan sekitar 40 kilometer per jam saja. Belum cukup, di jalanan menurun itu, Mustofa mematikan mesin kendaraan. Ajaib, mobil malah menjadi mundur kearah menanjak. Sebaliknya, tatkala kearah kembali ke Madinah, Mustofa menetralkan gigi perseneling. Bus bahkan bisa melaju melebihi kecepatan 120 kilometer perjam.
Bukan itu saja. Saat tiba di ujung jalan yang berupa kawasan batu gersang sebagaimana kebanyakan terlihat di Arab Saudi, beberapa bukti lain saya dapatkan. Jarum penunjuk kompas menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan jadi kacau. Selain itu, beberapa pengunjung mengaku kehilangan data di telepon selulernya. “Subhanallah, inilah salah satu bukti kebesaran Allah,” kata Nyonya Nailah Umar, alumni ESQ yang satu rombongan dengan saya.
Dari informasi yang diperoleh, fenomena itu ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang Arab Baduy. Saat berkendara di situ, si Baduy kebelet ingin buang air kecil. Saat melaksanakan hajatnya itu, tiba-tiba mobil yang diparkirnya berjalan sendiri. Makin lama makin kencang pula. Padahal, mesin mobil dalam keadaan mati, dan di jalan datar.
Sejak saat itu, banyak warga lain yang berdatangan untuk membuktikan cerita si Baduy. Alhasil, tempat itu berkembang menjadi kawasan wisata penduduk Madinah. Saat musim haji, banyak pula jemaah haji yang menyambanginya. Pemerintah Arab lalu membangun jalan mulus untuk menuju lokasi tersebut. Di daerah yang terhitung hijau karena banyak tumbuh pohon kurma itu, juga dilengkapi dengan sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan medan magnet itu.
Pengamat geologi Ma’rufin menuliskan, secara geologis fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan, karena kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua (berumur 700-an juta tahun). Kawasan itu berupa endapan lava alkali basaltik (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang usianya muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan Bumi dari kedalaman 40-an kilometer melalui zona rekahan sepanjang 600 kilometer yang dikenal sebagai Makkah-Madinah-Nufud volcanic line.
Banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid dan Harrah Khaybar. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk kerucut sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau harrah dalam bahasa Arab.
Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik. Dengan panjang 310 km membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan mengandung sedikitnya 2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah maar. Selama 4.500 tahun terakhir, Harrah Rahat telah meletus sebanyak 13 kali dengan periode antarletusan rata-rata 346 tahun.
Letusan besar terakhir terjadi pada 26 Juni 1256, yang memuntahkan 500 juta meter kubik lava lewat 6 kerucut kecilnya selama 52 hari kemudian. Lava itu mengalir hingga 23 km ke utara, dan hampir menenggelamkan kota suci Madinah yang letaknya memang lebih rendah, jika saja tidak ada mukjizat yang membuat aliran lava berhenti ketika jaraknya tinggal 4 km saja dari Masjid Nabawi.
Nah, basalt, secara umum tersusun dari mineral piroksen, olivin, ilmenit dan feldspar. Tiga mineral pertama mengandung besi, namun tidak dalam porsi dominan seperti Fe3O4. Memang dimungkinkan mineral-mineral itu melapuk dan kemudian besinya membentuk Fe3O4 sendiri, dan terkonsentrasi di Jabal Magnet hingga menghasilkan anomali magnetik, mengingat Fe3O4 memiliki sifat ferromagnetik. Namun, itu sulit dibayangkan, mengingat umur basalt di sekitar Madinah masih sangat muda, tidak lebih dari 2 juta tahun. Terlebih dengan sumber panas (magma) di bawahnya, memungkinkan besi melampaui titik Curie, terutama saat letusan sehingga kehilangan sifat kemagnetannya.
Pada 1999, otoritas Saudi Geological Survey (SGS) sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil terus-menerus) di Harrah Rahat, pertanda naiknya sejumlah besar magma. Itu memaksa SGS memasang sejumlah seismometer. Dan di sekitar Madinah diketahui betapa aktifnya kegempaan Harrah Rahat, terkait dengan migrasi magma tersebut, yang memroduksi ratusan gempa-gempa kecil tiap hari dengan magnitude 1 - 3 Skala Richter, dan ada kalanya mencapai 4 Skala Richter. Bisa jadi, migrasi magma tadi juga menyelusup ke bawah Jabal Magnet dan menghasilkan perubahan kontur permukaan.
Sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian ilmiah untuk menjelaskan fenomena ini. Pemerintah Arab tampaknya lebih suka membiarkan keajaiban alam itu sebagai misteri. Dengan begitu, akan mengundang rasa penasaran setiap jemaah haji dan umroh yang mengunjungi Tanah Suci.